Senin, 05 Desember 2011

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD)


A.    PENDAHULUAN
 Program S1 Penyetaraan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merupakan kelanjutan dari program D-II PGSD yang dimaksudkan untuk membantu para guru lulusan D-II PGSD (Guru Kelas) guna mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri menjadi guru SD yang professional (Pedoman Pengelolaan PGSD UT, 2005). Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007, dan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, disebutkan bahwa pendidik pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) atau bentuk lain yang           sederajat harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1). Dalam kenyataannya masih ada guru SD yang berijasah D-I atau D-II bahkan ada yang masih tamatan SLTA (Ditjen PMPTK, 2007).
Pelaksanaan peningkatan kemampuan dan kualitas guru SD ditempuh melalui dua jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan prajabatan (pre-service program) dan jalur pendidikan dalam jabatan (in-service program). Program S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) merupakan salah satu jalur pendidikan dalam jabatan. UT sampai saat ini menyelenggarakan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) yang menawarkan program-program pendidikan melalui modus tunggal melalui sistem belajar jarak jauh (SBJJ), Suparman dan Zuhairi (2004). Dalam SBJJ, interaksi antara mahasiswa dengan dosen ditandai dengan keterpisahan jarak secara fisik. Pembelajaran dilaksanakan dengan mediasi bahan ajar, baik bahan ajar cetak maupun non cetak. Karakteristik pembelajaran seperti ini menuntut mahasiswa untuk memiliki kemandirian yang tinggi dalam belajar.
Jumlah pertemuan tatap muka antara dosen/tutor pada Program S1 PGSD UT tidak seintensif pertemuan tatap muka yang dilakukan oleh dosen pada Program S1 PGSD prajabatan. Untuk mengantisifasi keterbatasan waktu pertemuan tatap muka tersebut maka dalam penelitian ini demonstrasi tentang cara memadukan materi IPA dengan cara mengajarkannya di SD yang di dalam Program S1 PGSD prajabatan dilaksanakan langsung oleh dosen, digantikan dengan menggunakan tayangan video yang mendukung Buku Materi Pokok (BMP) atau video BMP. Video BMP merupakan salah satu media instruksional yang dapat digunakan dalam SBJJ.

B.     PEMBAHASAN
 Media instruksional jenisnya sangat beragam mulai dari media yang paling sederhana sampai media yang paling canggih. Dalam penelitian ini, video BMP digunakan sebagai media untuk mendemonstrasikan proses pembelajaran IPA di SD.
Tayangan video BMP yang berisi gambaran seorang guru yang memodelkan pembelajaran IPA di SD, dengan memadukan antara materi IPA dengan cara mengajarkannya di SD, digunakan untuk menggantikan sajian tutor. Video BMP sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat dilihat dan didengar secara berulang, member stimulus secara simultan terhadap berbagai indera (melihat dan mendengar), serta membantu kejelasan informasi dan memori. Tanpa adanya pengulangan atau tanpa adanya aktivitas instruksional yang lain bagi individu untuk menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, informasi yang baru diterima akan hilang dalam 15 sampai 30 detik (Siantz & Pugh, 1998). Di samping itu, adanya pengulangan memungkinkan individu untuk menyimpan informasi yang baru dalam memori jangka panjang. Di samping penggunaan video BMP, model pembelajaran terdiri dari enam tahap yaitu mulai dengan tayangan program video, diskusi, penyusunan rencana pembelajaran (RP), simulasi mengajar teman sejawat, pengayaan, dan diakhiri dengan mengajar riil di SD. Model ini diberi nama TDPSPM, yang merupakan singkatan dari keenam tahap tersebut. Penyusunan RP dan simulasi dalam bentuk peer teaching, mengacu pada hasil penelitian Hinduan, et al. (2001) dan Prasetyo (2004).
Pembelajaran Riil di SD meliputi kegiatan sebagai berikut.  Pertemuan pertama, guru mengadakan pretest kepada siswa SD sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepada mereka dan dilanjutkan dengan proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran berakhir kemudian diberikan posttest dengan menggunakan tes yang sama.
Dari hasil penelitian (A. A. Ketut Budiastra) maka dampak model pembelajaran terhadap kemampuan merancang dan mengajar guru di SD dilakukan dengan cara membandingkan hasil skor pretest dan posttest kemampuan untuk membuat RP yang diukur dengan menggunakan format APKG I dan kemampuan untuk menerapkan RP dalam pembelajaran di kelas yang diukur dengan menggunakan format APKG II. Format APKG I dan APKG II yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi sehingga lebih sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA di SD yang berorientasi pada inkuiri dalam pembelajaran dengan rentangan skor antara 0 sampai dengan 4. Tujuh komponen dinilai dalam perencanaan pembelajaran atau APKG 1, yaitu: 1) sasaran (mencantumkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, serta mencantumkan efek iringan dan sikap ilmiah), 2) bahan ajar (kesesuaiannya dengan silabus, standar kompetensi, dan tingkat perkembangan siswa), 3) strategi pembelajaran (sesuai dengan kondisi, urutan & prasyarat, isu-isu di lingkungan, alokasi waktu, dan dapat mengaktifkan siswa), 4) merancang kegiatan laboratorium/hands-on (menentukan masalah/gejala, memilih alat/bahan, menentukan langkah kegiatan, membimbing sampai kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil), 5) media (sesuai dengan materi pelajaran, tujuan pembelajaran, dan prinsip pembuatan medi 6) evaluasi (sesuai dengan tujuan/indikator, merencanakan evaluasi kinerja, menyiapkan kunci.

C.    PENUTUP
 Di Program S1 PGSD dalam jabatan, video BMP yang berisikan contoh guru mengajarkan IPA di SD efektif untuk meningkatkan pemahaman guru tentang cara mengajarkan IPA dan juga berfungsi sebagai contoh cara mengajarkan IPA di SD yang dalam Program PGSD prajabatan langsung didemonstrasikan oleh dosen.  Di samping itu, kualitas penyajian dalam video BMP juga perlu ditingkatkan sehingga lebih menggambarkan suasana riil pembelajaran di SD. Dari hasil Penelitian yang pernah dilakukan, bahwa menonton tayangan video BMP saja tanpa ada aktivitas lainnya dalam proses pembelajaran tidak serta merta menjadikan guru mengerti cara mengajarkan IPA di SD. Pelibatan guru dalam berbagai aktivitas seperti penerapan strategi TDPSPM dalam tutorial perlu diujicobakan dalam skala yang lebih besar dan perlu dikembangkan beberapa contoh model pembelajaran untuk topik yang sama dalam bentuk video BMP. Selain itu, video BMP juga berguna untuk memfasilitasi mahasiswa dalam belajar mandiri (self study).

REFERENSI
Budiastra, A. A. K., Hinduan. (2008). Media pembelajaran untuk menyiapkan guru SD  mengajar IPA dalam konteks pendidikan tinggi jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 9 (1) 11-23, Maret 2008. Jakarta: Pusat Keilmuan LPPM Universitas Terbuka.

Budiastra, A. A. K., Hinduan, A., & Rustaman, N. Y. (2007). Penerapan model tutorial dalam pendidikan guru jarak jauh dan dampaknya pada kemampuan guru mengajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan, 8 (1) 20-31, Maret 2007. Jakarta: Pusat Keilmuan LPPM Universitas Terbuka.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar